Minggu, 28 Juni 2009

Mitos Kartini Dan Rekayasa sejarah

Oleh: Adian Husaini
Ada yang menarik pada Jurnal Islamia (INSISTS-Republika) edisi 9 April 2009 lalu. Dari empat halaman jurnal berbentuk koran yang membahas tema utama tentang Kesetaraan Gender, ada tulisan sejarawan Persis Tiar Anwar Bahtiar tentang Kartini. Judulnya: “Mengapa Harus Kartini?”Sejarawan yang menamatkan magister bidang sejarah di Universitas Indonesia ini mempertanyakan: Mengapa Harus Kartini? Mengapa setiap 21 April bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini? Apakah tidak ada wanita Indonesia lain yang lebih layak ditokohkan dan diteladani dibandingkan Kartini?Menyongsong tanggal 21 April 2009 kali ini, sangatlah relevan untuk membaca dan merenungkan artikel yang ditulis oleh Tiar Anwar Bahtiar tersebut. Tentu saja, pertanyaan bernada gugatan seperti itu bukan pertama kali dilontarkan sejarawan. Pada tahun 1970-an, di saat kuat-kuatnya pemerintahan Orde Baru, guru besar Universitas Indonesia, Prof. Dr. Harsja W. Bachtiar pernah menggugat masalah ini. Ia mengkritik 'pengkultusan' R.A. Kartini sebagai pahlawan nasional Indonesia.Dalam buku Satu Abad Kartini (1879-1979), (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990, cetakan ke-4), Harsja W. Bahtiar menulis sebuah artikel berjudul “Kartini dan Peranan Wanita dalam Masyarakat Kita”. Tulisan ini bernada gugatan terhadap penokohan Kartini. “Kita mengambil alih Kartini sebagai lambang emansipasi wanita di Indonesia dari orang-orang Belanda. Kita tidak mencipta sendiri lambang budaya ini, meskipun kemudian kitalah yang mengembangkannya lebih lanjut,” tulis Harsja W. Bachtiar, yang menamatkan doktor sosiologinya di Harvard University.Harsja juga menggugat dengan halus, mengapa harus Kartini yang dijadikan sebagai simbol kemajuan wanita Indonesia. Ia menunjuk dua sosok wanita yang hebat dalam sejarah Indonesia. Pertama, Sultanah Seri Ratu Tajul Alam Safiatuddin Johan Berdaulat dari Aceh dan kedua, Siti Aisyah We Tenriolle dari Sulawesi Selatan. Anehnya, tulis Harsja, dua wanita itu tidak masuk dalam buku Sejarah Setengah Abad Pergerakan Wanita Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1978), terbitan resmi Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Tentu saja Kartini masuk dalam buku tersebut.Padahal, papar Harsja, kehebatan dua wanita itu sangat luar biasa. Sultanah Safiatudin dikenal sebagai sosok yang sangat pintar dan aktif mengembangkan ilmu pengatetahuan. Selain bahasa Aceh dan Melayu, dia menguasai bahasa Arab, Persia, Spanyol dan Urdu. Di masa pemerintahannya, ilmu dan kesusastraan berkembang pesat. Ketika itulah lahir karya-karya besar dari Nuruddin ar-Raniry, Hamzah Fansuri, dan Abdur Rauf. Ia juga berhasil menampik usaha-usaha Belanda untuk menempatkan diri di daerah Aceh. VOC pun tidak berhasil memperoleh monopoli atas perdagangan timah dan komoditi lainnya. Sultanah memerintah Aceh cukup lama, yaitu 1644-1675. Ia dikenal sangat memajukan pendidikan, baik untuk pria maupun untuk wanita. Tokoh wanita kedua yang disebut Harsja Bachriar adalah Siti Aisyah We Tenriolle. Wanita ini bukan hanya dikenal ahli dalam pemerintahan, tetapi juga mahir dalam kesusastraan. B.F. Matthes, orang Belanda yang ahli sejarah Sulawesi Selatan, mengaku mendapat manfaat besar dari sebuah epos La-Galigo, yang mencakup lebih dari 7.000 halaman folio. Ikhtisar epos besar itu dibuat sendiri oleh We Tenriolle. Pada tahun 1908, wanita ini mendirikan sekolah pertama di Tanette, tempat pendidikan modern pertama yang dibuka baik untuk anak-anak pria maupun untuk wanita. Penelusuran Prof. Harsja W. Bachtiar terhadap penokohan Kartini akhirnya menemukan kenyataan, bahwa Kartini memang dipilih oleh orang Belanda untuk ditampilkan ke depan sebagai pendekar kemajuan wanita pribumi di Indonesia. Mula-mula Kartini bergaul dengan Asisten-Residen Ovink suami istri. Adalah Cristiaan Snouck Hurgronje, penasehat pemerintah Hindia Belanda, yang mendorong J.H. Abendanon, Direktur Departemen Pendidikan, Agama dan Kerajinan, agar memberikan perhatian pada Kartini tiga bersaudara.Harsja menulis tentang kisah ini: “Abendanon mengunjungi mereka dan kemudian menjadi semacam sponsor bagi Kartini. Kartini berkenalan dengan Hilda de Booy-Boissevain, istri ajudan Gubernur Jendral, pada suatu resepsi di Istana Bogor, suatu pertemuan yang sangat mengesankan kedua belah pihak.” Ringkasnya, Kartini kemudian berkenalan dengan Estella Zeehandelaar, seorang wanita aktivis gerakan Sociaal Democratische Arbeiderspartij (SDAP). Wanita Belanda ini kemudian mengenalkan Kartini pada berbagai ide modern, terutama mengenai perjuangan wanita dan sosialisme. Tokoh sosialisme H.H. van Kol dan penganjur “Haluan Etika” C.Th. van Deventer adalah orang-orang yang menampilkan Kartini sebagai pendekar wanita Indonesia.Lebih dari enam tahun setelah Kartini wafat pada umur 25 tahun, pada tahun 1911, Abendanon menerbitkan kumpulan surat-surat Kartini dengan judul Door Duisternis tot Lich. Kemudian terbit juga edisi bahasa Inggrisnya dengan judul Letters of a Javaness Princess. Beberapa tahun kemudian, terbit terjemahan dalam bahasa Indonesia dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran (1922).Dua tahun setelah penerbitan buku Kartini, Hilda de Booy-Boissevain mengadakan prakarsa pengumpulan dana yang memungkinkan pembiayaan sejumlah sekolah di Jawa Tengah. Tanggal 27 Juni 1913, didirikan Komite Kartini Fonds, yang diketuai C.Th. van Deventer. Usaha pengumpulan dana ini lebih memperkenalkan nama Kartini, serta ide-idenya pada orang-orang di Belanda. Harsja Bachtriar kemudian mencatat: “Orang-orang Indonesia di luar lingkungan terbatas Kartini sendiri, dalam masa kehidupan Kartini hampir tidak mengenal Kartini dan mungkin tidak akan mengenal Kartini bilamana orang-orang Belanda ini tidak menampilkan Kartini ke depan dalam tulisan-tulisan, percakapan-percakapan maupun tindakan-tindakan mereka.”Karena itulah, simpul guru besar UI tersebut: “Kita mengambil alih Kartini sebagai lambang emansipasi wanita di Indonesia dari orang-orang Belanda. Kita tidak mencipta sendiri lambang budaya ini, meskipun kemudian kitalah yang mengembangkannya lebih lanjut.”Harsja mengimbau agar informasi tentang wanita-wanita Indonesia yang hebat-hebat dibuka seluas-luasnya, sehingga menjadi pengetahuan suri tauladan banyak orang. Ia secara halus berusaha meruntuhkan mitos Kartini: “Dan, bilamana ternyata bahwa dalam berbagai hal wanita-wanita ini lebih mulia, lebih berjasa daripada R.A. Kartini, kita harus berbangga bahwa wanita-wanita kita lebih hebat daripada dikira sebelumnya, tanpa memperkecil penghargaan kita pada RA Kartini.”Dalam artikelnya di Jurnal Islamia (INSISTS-Republika, 9/4/2009), Tiar Anwar Bahtiar juga menyebut sejumlah sosok wanita yang sangat layak dimunculkan, seperti Dewi Sartika di Bandung dan Rohana Kudus di Padang (kemudian pindah ke Medan). Dua wanita ini pikiran-pikirannya memang tidak sengaja dipublikasikan. Tapi yang mereka lakukan lebih dari yang dilakukan Kartini. Berikut ini paparan tentang dua sosok wanita itu, sebagaimana dikutip dari artikel Tiar Bahtiar.Dewi Sartika (1884-1947) bukan hanya berwacana tentang pendidikan kaum wanita. Ia bahkan berhasil mendirikan sekolah yang belakangan dinamakan Sakola Kautamaan Istri (1910) yang berdiri di berbagai tempat di Bandung dan luar Bandung. Rohana Kudus (1884-1972) melakukan hal yang sama di kampung halamannya. Selain mendirikan Sekolah Kerajinan Amal Setia (1911) dan Rohana School (1916), Rohana Kudus bahkan menjadi jurnalis sejak di Koto Gadang sampai saat ia mengungsi ke Medan. Ia tercatat sebagai jurnalis wanita pertama di negeri ini.Kalau Kartini hanya menyampaikan ide-idenya dalam surat, mereka sudah lebih jauh melangkah: mewujudkan ide-ide dalam tindakan nyata. Jika Kartini dikenalkan oleh Abendanon yang berinisiatif menerbitkan surat-suratnya, Rohana menyebarkan idenya secara langsung melalui koran-koran yang ia terbitkan sendiri sejak dari Sunting Melayu (Koto Gadang, 1912), Wanita Bergerak (Padang), Radio (padang), hingga Cahaya Sumatera (Medan).Bahkan kalau melirik kisah-kisah Cut Nyak Dien, Tengku Fakinah, Cut Mutia, Pecut Baren, Pocut Meurah Intan, dan Cutpo Fatimah dari Aceh, klaim-klaim keterbelakangan kaum wanita di negeri pada masa Kartini hidup ini harus segera digugurkan. Mereka adalah wanita-wanita hebat yang turut berjuang mempertahankan kemerdekaan Aceh dari serangan Belanda. Tengku Fakinah, selain ikut berperang juga adalah seorang ulama-wanita. Di Aceh, kisah wanita ikut berperang atau menjadi pemimpin pasukan perang bukan sesuatu yang aneh. Bahkan jauh-jauh hari sebelum era Cut Nyak Dien dan sebelum Belanda datang ke Indonesia, Kerajaan Aceh sudah memiliki Panglima Angkatan Laut wanita pertama, yakni Malahayati.Jadi, ada baiknya bangsa Indonesia bisa berpikir lebih jernih: Mengapa Kartini? Mengapa bukan Rohana Kudus? Mengapa bukan Cut Nyak Dien? Mengapa Abendanon memilih Kartini? Dan mengapa kemudian bangsa Indonesia juga mengikuti kebijakan itu? Cut Nyak Dien tidak pernah mau tunduk kepada Belanda. Ia tidak pernah menyerah dan berhenti menentang penjajahan Belanda atas negeri ini.Meskipun aktif berkiprah di tengah masyarakat, Rohana Kudus juga memiliki visi keislaman yang tegas. “Perputaran zaman tidak akan pernah membuat wanita menyamai laki-laki. Wanita tetaplah wanita dengan segala kemampuan dan kewajibannya. Yang harus berubah adalah wanita harus mendapat pendidikan dan perlakukan yang lebih baik. Wanita harus sehat jasmani dan rohani, berakhlak dan berbudi pekerti luhur, taat beribadah yang kesemuanya hanya akan terpenuhi dengan mempunyai ilmu pengetahuan,” begitu kata Rohana Kudus.Seperti diungkapkan oleh Prof. Harsja W. Bachtiar dan Tiar Anwar Bahtiar, penokohan Kartini tidak terlepas dari peran Belanda. Harsja W. Bachtiar bahkan menyinggung nama Snouck Hurgronje dalam rangkaian penokohan Kartini oleh Abendanon. Padahal, Snouck adalah seorang orientalis Belanda yang memiliki kebijakan sistematis untuk meminggirkan Islam dari bumi Nusantara. Pakar sejarah Melayu, Prof. Naquib al-Attas sudah lama mengingatkan adanya upaya yang sistematis dari orientalis Belanda untuk memperkecil peran Islam dalam sejarah Kepulauan Nusantara.Dalam bukunya, Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu ((Bandung: Mizan, 1990, cet. Ke-4), Prof. Naquib al-Attas menulis tentang masalah ini:“Kecenderungan ke arah memperkecil peranan Islam dalam sejarah Kepulauan ini, sudah nyata pula, misalnya dalam tulisan-tulisan Snouck Hurgronje pada akhir abad yang lalu. Kemudian hampir semua sarjana-sarjana yang menulis selepas Hurgronje telah terpengaruh kesan pemikirannya yang meluas dan mendalam di kalangan mereka, sehingga tidak mengherankan sekiranya pengaruh itu masih berlaku sampai dewasa ini.”Apa hubungan Kartini dengan Snouck Hurgronje? Dalam sejumlah suratnya kepada Ny. Abendanon, Kartini memang beberapa kali menyebut nama Snouck. Tampaknya, Kartini memandang orientalis-kolonialis Balanda itu sebagai orang hebat yang sangat pakar dalam soal Islam. Dalam suratnya kepada Ny. Abendanon tertanggal 18 Februari 1902, Kartini menulis:”Salam, Bidadariku yang manis dan baik!... Masih ada lagi suatu permintaan penting yang hendak saya ajukan kepada Nyonya. Apabila Nyonya bertemu dengan teman Nyonya Dr. Snouck Hurgronje, sudikah Nyonya bertanya kepada beliau tentang hal berikut: ”Apakah dalam agama Islam juga ada hukum akil balig seperti yang terdapat dalam undang-undang bangsa Barat?” Ataukah sebaiknya saya memberanikan diri langsung bertanya kepada beliau? Saya ingin sekali mengetahui sesuatu tentang hak dan kewajiban perempuan Islam serta anak perempuannya.” (Lihat, buku Kartini: Surat-surat kepada Ny. R.M. Abendanon-Mandri dan Suaminya, (penerjemah: Sulastin Sutrisno), (Jakarta: Penerbit Djambatan, 2000), hal. 234-235). Melalui bukunya, Snouck Hurgronje en Islam (Diindonesiakan oleh Girimukti Pusaka, dengan judul Snouck Hurgronje dan Islam, tahun 1989), P.SJ. Van Koningsveld memaparkan sosok dan kiprah Snouck Hurgronje dalam upaya membantu penjajah Belanda untuk ’menaklukkan Islam’. Mengikuti jejak orientalis Yahudi, Ignaz Goldziher, yang menjadi murid para Syaikh al-Azhar Kairo, Snouck sampai merasa perlu untuk menyatakan diri sebagai seorang muslim (1885) dan mengganti nama menjadi Abdul Ghaffar. Dengan itu dia bisa diterima menjadi murid para ulama Mekkah. Posisi dan pengalaman ini nantinya memudahkan langkah Snouck dalam menembus daerah-daerah Muslim di berbagai wilayah di Indonesia. Menurut Van Koningsveld, pemerintah kolonial mengerti benar sepak terjang Snouck dalam ’penyamarannya’ sebagai Muslim. Snouck dianggap oleh banyak kaum Muslim di Nusantara ini sebagai ’ulama’. Bahkan ada yang menyebutnya sebagai ”Mufti Hindia Belanda’. Juga ada yang memanggilnya ”Syaikhul Islam Jawa”. Padahal, Snouck sendiri menulis tentang Islam: ”Sesungguhnya agama ini meskipun cocok untuk membiasakan ketertiban kepada orang-orang biadab, tetapi tidak dapat berdamai dengan peradaban modern, kecuali dengan suatu perubahan radikal, namun tidak sesuatu pun memberi kita hak untuk mengharapkannya.” (hal. 116).Snouck Hurgronje (lahir: 1857) adalah adviseur pada Kantoor voor Inlandsche zaken pada periode 1899-1906. Kantor inilah yang bertugas memberikan nasehat kepada pemerintah kolonial dalam masalah pribumi. Dalam bukunya, Politik Islam Hindia Belanda, (Jakarta: LP3ES, 1985), Dr. Aqib Suminto mengupas panjang lebar pemikiran dan nasehat-nasehat Snouck Hurgronje kepada pemerintah kolonial Belanda. Salah satu strateginya, adalah melakukan ‘pembaratan’ kaum elite pribumi melalui dunia pendidikan, sehingga mereka jauh dari Islam. Menurut Snouck, lapisan pribumi yang berkebudayaan lebih tinggi relatif jauh dari pengaruh Islam. Sedangkan pengaruh Barat yang mereka miliki akan mempermudah mempertemukannya dengan pemerintahan Eropa. Snouck optimis, rakyat banyak akan mengikuti jejak pemimpin tradisional mereka. Menurutnya, Islam Indonesia akan mengalami kekalahan akhir melalui asosiasi pemeluk agama ini ke dalam kebudayaan Belanda. Dalam perlombaan bersaing melawan Islam bisa dipastikan bahwa asosiasi kebudayaan yang ditopang oleh pendidikan Barat akan keluar sebagai pemenangnya. Apalagi, jika didukung oleh kristenisasi dan pemanfaatan adat. (hal. 43).Aqib Suminto mengupas beberapa strategi Snouck Hurgronje dalam menaklukkan Islam di Indonesia: “Terhadap daerah yang Islamnya kuat semacam Aceh misalnya, Snouck Hurgronje tidak merestui dilancarkan kristenisasi. Untuk menghadapi Islam ia cenderung memilih jalan halus, yaitu dengan menyalurkan semangat mereka kearah yang menjauhi agamanya (Islam) melalui asosiasi kebudayaan.” (hal. 24).Itulah strategi dan taktik penjajah untuk menaklukkan Islam. Kita melihat, strategi dan taktik itu pula yang sekarang masih banyak digunakan untuk ‘menaklukkan’ Islam. Bahkan, jika kita cermati, strategi itu kini semakin canggih dilakukan. Kader-kader Snouck dari kalangan ‘pribumi Muslim’ sudah berjubel. Biasanya, berawal dari perasaan ‘minder’ sebagai Muslim dan silau dengan peradaban Barat, banyak ‘anak didik Snouck’ – langsung atau pun tidak – yang sibuk menyeret Islam ke bawah orbit peradaban Barat. Tentu, sangat ironis, jika ada yang tidak sadar, bahwa yang mereka lakukan adalah merusak Islam, dan pada saat yang sama tetap merasa telah berbuat kebaikan.

Ustadz Palsu

Sejak kebelakangan ini, ramai para penceramah agama muncul di tengah gelanggang masyarakat. Dari yang diketahui asal-usul pendidikannya sehinggalah kepada yang tidak diketahui dari mana datangnya. Modal sesetengah mereka ialah maklumat yang dikutip dari apa sahaja bahan yang sampai kepada mereka. Ibarat kata, membujur lalu, melintang patah. Mereka tidak mempunyai kekuatan ilmiah dan minda dalam menilai dan menapis fakta. Maka, semua yang dibaca dianggap benar dan disampaikan. Sehingga buku palsu “Dialog Nabi s.a.w Dengan Iblis” juga dipercayai. Antaranya konon baginda Nabi s.a.w bertanya Iblis, “apakah tempat yang paling engkau suka?”. Jawab Iblis “panggung wayang”. Kita tahu pada zaman Nabi s.a.w belum ada panggung wayang. Bagaimana mungkin istilah ini muncul?

Sudahlah cerita-cerita dalamnya tidak mempunyai sanad yang diterima, ditambah lagi dengan kebodohan jalan cerita yang boleh menyebabkan generasi yang berakal menolak agama. Padahal itu bukan fakta agama. Al-Quran sendiri tidak menyebut peralatan senjata moden, sebaliknya menyebut kuda, bagi memahamkan senjata terbaik ketika itu. Mana mungkin hadith menyebut istilah yang tidak wujud di zaman tersebut.

Orang ramai yang jahil menjadi mangsa. Mereka tidak dapat membezakan antara tokoh ilmiah dengan ‘ustaz jadi-jadian’ yang menjadi penceramah segera dengan hanya belajar beberapa hari atau baca beberapa buku melayu, atau terjemahan. Lalu ada yang menghiasi ceramahnya dengan hadith-hadith palsu, fitnah, lawak jenaka, maki hamun yang ada pula pendengar yang sudi menadah telinga untuk mereka. Jika keadaan ini dibiarkan, entah berapa ramai lagi ‘Sharil Long’ yang akan muncul. Rosaklah kemurnian masjid dan surau.

Lebih malang lagi, orang melayu ada yang menganggap sesiapa sahaja yang pulang dari Timur Tengah mesti pandai agama. Mereka lupa berapa ramai Arab yang jahil agama dalam ertikata yang teramat sangat. Mereka tidak sedar ramai juga yang ke Timur Tengah, tapi tidak belajar. Hanya sekadar tidur, makan angin, duduk dengan sesama melayu. Jika belajar pun, belajar sesama sendiri, atau mana-mana ustaz Indon, kemudian pulang kononnya sebagai lulusan Timur Tengah. Apa yang dia lulus pun kita tidak tahu. Siapa gurunya? Ada yang hanya mampu menyebut nama seorang dua Indon atau melayu yang mengajar di sana. Tokoh-tokoh ilmuan Arab ditinggalkan. Mereka tidak ambil manfaat keilmuan tokoh-tokoh yang mereka kembara ke negara mereka itu. Kitab-kitab mereka yang hebat dan ilmiah tidak dibaca. Bahkan, jangan hairan, ada yang pulang dari Timur Tengah, kurang mampu membaca bahan dalam Bahasa Arab. Jika mampu, ada pula yang kurang menguasai bahan dan tidak banyak tahu tentang latar belakang bahan-bahan ilmiah. Apatah lagi sistem sesetengah pusat pengajian di Timur Tengah seperti al-Azhar tidak mengambil pusing tentang kehadiran pelajar. Bagaimana mereka lulus, – jika betul lulus- tanyalah kepada yang jujur.

Maaf saya katakan, sesetengah mereka sebenar tidak pulang membawa khazanah ilmu. Mereka membawa diri mereka yang asal. Mereka bagaikan barangan Thailand yang dihantar ke Amerika, dicop di sana dan dikirim semula. Dengan nama Timur Tengah, ramai juga yang menjadi penceramah. Hanya atas nama itu, orang ramai menganggap semua isi kandungan ucapan mereka benar. Maka mereka ini tidak memiliki penguasaan ilmiah dan metodologi yang betul dalam menilai bahan-bahan agama yang disampaikan.

Bidang keilmuan itu sendiri luas. Sekalipun bagi yang belajar, bukan semua ilmu dikuasainya. Maka bukan semua pula yang benar-benar bersijil, atau berguru menjadi alim. Ilmu diukur pada kemampuan dan pembuktian kajian.

Para ulama hadith sejak dahulu mengingatkan umat Islam tentang bahaya golongan qussas dan wu’adz. Golongan ini adalah antara yang paling berperanan menyediakan hadith palsu, atau menyebarkannya. Bahkan melalui mereka tersebarnya Israiliyyat, petua-petua khurafat dan cerita-cerita karut yang disandarkan kepada tokoh itu dan ini. Agama tercemar kerana mereka. Secara ringkas kita terjemahkan wu’adz dan qussas sebagai para penceramah agama dan penglipurlara.

Mungkin kita akan bertanya, apakah bahaya? Tidakkah mereka ini memberi nasihat di masjid dan surau kepada orang ramai. Orang ramai pula dapat mengambil manfaat daripada mereka.

Kita katakan, bahayanya bukan kerana mereka memberikan nasihat, tapi bahayanya kerana ada isi kandungan agama yang terkandung dalam ucapan-ucapan mereka banyak yang tidak benar. Orang ramai terseleweng kerana mereka. Walaupun kita sedar bukan semua penceramah begitu. Ramai juga penceramah yang berhati-hati dalam penyampaian maklumat dan hadith-hadith yang dibaca. Namun lebih ramai penceramah yang hanya memikirkan apa yang disukai oleh pendengar semata. Kata Dr. Nasir bin `Abd al-Karim al-`Aql: “Qussas mereka itu adalah wu’`azd yang mengadakan majlis-majlis untuk memberi nasihat, yang mana ianya menyanggahi majlis ilmu. Mereka memberi nasihat kepada orang ramai dengan berbagai hikayat, israiliyyat dan seumpamanya yang tidak ada asal usulnya, atau palsu, atau apa yang akal orang awam tidak dapat memikirkannya.” (Nasir bin `Abd al-Karim al-`Aql, Al-Ahwa` wa al-Firaq wa al-Bida’ `ibr Tarikh al-Islam, m.s. 44, cetakan Dar al-Watan, Riyad).

Sepatutnya majlis-majlis nasihat mestilah berteraskan ilmu yang tulen. Ayat-ayat al-Quran yang dihuraikan mestilah memenuhi disiplin ‘Ulum al-Quran yang telah digariskan oleh para ulama. Demikian sesiapa yang ingin menghuraikan hadith mestilah mempunyai latar pengetahuan mengenai ‘Ulum al-Hadith. Begitu juga yang membicarakan persoalan fiqh, mestilah mempunyai pengetahuan tentang Usul al-Fiqh.

Kata al-Imam Ibn Jauzi (meninggal 597H) ketika mengulas mengenai tipu daya iblis terhadap wu’azd dan qussas ini: “Dahulunya para wu'azd adalah ulama dan fuqaha’..kemudian bidang ini dicemari maka ianya disertai oleh golongan jahil…maka golongan awam dan wanita begitu suka kepada mereka. Lantas orang ramai tidak lagi sibuk dengan ilmu sebaliknya mereka berpaling kepada cerita-cerita dan perkara yang diminati oleh orang yang jahil. Maka timbullah berbagai bid`ah dalam bidang ini… di kalangan mereka ada yang memalsukan hadith-hadith dalam al-targhib (menggalakkan ibadah) dan al-tarhib (menakutkan orang ramai terhadap maksiat). Iblis menipu mereka lalu mereka berkata: “tujuan kami ialah untuk menggalakkan orang ramai kepada kebaikan dan menghalang mereka daripada kejahatan. Ini adalah penambahan mereka terhadap syariat. Justeru dengan perbuatan ini, syariat pada sisi mereka adalah cacat dan berhajatkan kepada penyempurnaan. Mereka lupa sabda Nabi S.A.W: “Sesiapa yang berdusta ke atasku dengan sengaja, maka siaplah tempat duduknya dalam neraka” (Ibn Jauzi, Talbis Iblis, m.s. 143 Dar al-Kutub al-`Ilmiyyah, Beirut)

Kita sedar ramai yang ingin jadi penceramah agama. Kata mereka ‘lumayan’. Mungkin benar bagi yang mencari wang untuk kesenangan sendiri, bukan untuk pembangunan minda dan kekuatan umat. Justeru, ada yang berhenti kerja, kerana hendak berceramah. Orang ramai menamakan mereka pendakwah bebas atau seumpamanya. Saya tidak pasti, apakah semua mereka benar-benar ingin berdakwah kepada Islam yang benar dan tulen. Dalam ertikata menghuraikannya dengan disiplin yang diletakkan oleh para sarjana Islam yang muktabar dalam berbagai bidang. Atau mungkin hanya segelintir, selainnya dibimbangi seperti yang disebut oleh Imam al-Sakhawi (meninggal 902H): “Antara pereka hadith palsu itu ialah golongan yang mendapat untung dan mencari rezeki dengan hadith-hadith palsu dalam cerita-cerita dan nasihat-nasihat mereka” (Al-Sakhawi, Fath al-Mughith, 1/282, cetakan Dar al-Kutub al-`Ilmiyyah, Beirut)

Malangnya apa yang disebut oleh para ulama itu berterusan sehingga ke hari ini. Walaupun kebanyakan penceramah tidak lagi mencipta sendiri hadith-hadith palsu, tetapi mereka mengambil hadith-hadith palsu daripada orang lain untuk menyukakan para pendengar. Cerita-cerita dusta tentang para nabi dan wali menjadi bahan ceramah. Demikian juga riwayat-riwayat Israiliyyat dan seumpamanya. Apabila ada orang berbangsa cina di dalam majlis umpamanya, mereka pun menyebut Nabi bersabda: (Tuntutlah ilmu sekalipun ke China) Ini hadith yang palsu seperti yang disebut oleh para ulama. (Lihat: Al-Jarrahi, Kasyf al-Khafa 1/138, cetakan Dar Ihya al-Turath al-`Arabi, Beirut/ / Nasir al-Din al-Albani, Silsilah ad-Dha`ifah wa Al-Maudu`ah, 1/600, cetakan: Maktabah al-Ma`arif, Riyadh). Malangnya ramai yang tidak memberi perhatian tentang hal ini. Sehingga ada forum perdana dianjurkan dengan tajuk hadith palsu ini.

Demikian juga apabila datang bulan Rejab atau Sya’ban, atau Ramadhan, maka mereka pun membaca hadith palsu: “Rejab bulan Allah, Sya`aban bulanku dan Ramadhan bulan umatku”. Ini adalah hadith palsu yang direka oleh Ibn Jahdam. (lihat: Ibn Qayyim al-Jauziyyah, al-Manar al-Munif fi al-Sahih wa al-Dha`if , m.s. 95, cetakan: Maktab al-Matbu`at al-Islamiyyah, Halab, Syria) Nama penuhnya Ibn Jahdam ialah `Ali bin `Abdillah bin Jahdam al-Zahid. Beliau meninggal pada tahun 414H. Beliau adalah seorang guru sufi di Mekah. Dia juga dituduh membuat hadith palsu mengenai solat Raghaib (iaitu solat pada jumaat pertama bulan Rejab) (lihat: al-Imam al-Zahabi, Mizan al-`Itidal fi Naqd al-Rijal,. 5, m.s. 173, cetakan: Dar al-Kutub al-`Ilmiyyah, Beirut)

Sekalipun ia adalah riwayat yang batil, mereka tidak peduli. Apa yang mereka pentingkan ialah orang ramai suka dengan apa yang mereka sebut. Kata al-Syeikh Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib: “Kebanyakan qussas, mereka hanya pentingkan orang ramai berkumpul kepada mereka. Maka mereka pun mencipta hadith apa yang orang ramai sukai yang boleh membangkitkan jiwa, menggerakkan perasaan dan memberikan harapan terhadap apa yang orang ramai suka. Di kalangan para qussas ada yang melakukan itu semua demi untuk memperolehi habuan dan faedah dari pendengar. Kebanyakan bala datang daripada mereka. Mereka berdusta kepada Nabi s.a.w.dan tidak pula menganggap itu sebagai dosa dan pembohongan. Peliknya, mendukacitakan mereka memperolehi pula telinga-telinga yang sudi mendengar, membenarkan dan membela mereka. Ini disebabkan kejahilan orang awam yang tidak mementingkan kajian dan penelitian”. (Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib, Usul al-Hadith, m.s. 424, cetakan Dar al-Fikr, Beirut)

Inilah hakikat yang sedang berlaku sehingga ke hari ini. Entah berapa ramai penceramah tidak meneliti kedudukan hadith-hadith yang dibacanya. Apa yang mereka pentingkan ialah jemputan orang ramai dan kesudian mereka untuk mendengar. Sebab itulah pada zaman dahulu Ibn `Umar mengarahkan agar pihak berkuasa mengeluarkan mereka dari masjid dan `Umar bin `Abd al-`Aziz pula memenjarakan mereka dan sesiapa yang duduk dalam majlis mereka. (Lihat: Nasir bin `Abd al-Karim al-`Aql, Al-Ahwa` wa al-Firaq wa al-Bida’ `ibr Tarikh al-Islam, m.s. 44.)

Kesalahan mereka bukan kerana mereka memberi nasihat kepada orang ramai. Rasulullah S.A.W. dan para ulama salaf juga memberi ceramah dan nasihat kepada orang ramai. Namun yang salah ialah mereka menyebarkan perkara-perkara palsu. Menyandarkan maklumat palsu kepada Islam adalah sesuatu yang amat haram. Malangnya perkara yang amat diharamkan syarak ini berlaku di masjid-masjid.

Kata al-Syeikh Muhammad bin Muhammad Abu Syahbah (seorang ulama hadith al-Azhar): “Masih ada para penceramah yang tidak ada ilmu hadith, sama ada ilmu riwayat atau dirayah (mengenai teks hadith). Mereka hanya membaca hadith apa yang mereka hafal dan dari tulisan-tulisan tanpa mengetahui kedudukan hadith tersebut. Apa yang mereka pentingkan hanyalah redha orang ramai. Lalu mereka menyebut perkara yang berlebih-lebih, pelik dan ajaib yang Islam tiada kaitan dengannya. Mereka ini sepatutnya dihalang dari berceramah, memberi nasihat dan bertazkirah." (Abu Syahbah, al-Wasit fi `Ulum wa al-Mustalah al-Hadith, m.s. 322, cetakan: Dar al-Fikr al-`Arabi, Kaherah).

FSLDK ISIP

SILATURAHIM LEMBAGA DAKWAH KAMPUS
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK NASIONAL
(SLDK FISIP NASIONAL)
2007


SURAT KEPUTUSAN BERSAMA
NO : 001/SLDK FISIP NAS/XII/2007

Dengan menyebut nama ALLAH SWT bahwa pada hari Jum’at-Ahad, 07-09 Desember 2007 telah diadakan SLDK FISIP Nasional 2007 di Universitas Negeri Yogyakarta. Oleh karena itu, dengan
Menimbang :
1) Lembaga Dakwah Kampus Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sebagai institusi dakwah kampus yang secara nyata mengatas namakan Islam sebagai landasan aktivitasnya dalam melakukan perubahan di masyarakat menuju masyarakat madani.
2) Tingkat pertumbuhan Lembaga Dakwah Kampus Ilmu Sosial dan Ilmu Politik mengalami kemajuan pesat, sehingga dibutuhkan pengelolaan, koordinasi, dan arahan yang jelas.
3) Dalam rangka optimalisasi peran LDK Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, diperlukan pengokohan dan kesatuan gerak bersama dengan membentuk FSLDK ISIP sebagai forum silaturahim dan koordinasi yang berfungsi menjadikan LDK Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sebagai lembaga yang lebih strategis dalam mengusung ide perubahan di masyarakat.
4) Pengokohan eksistensi FSLDK ISIP baik sebagai Forum Silaturahim dan Koordinasi maupun sebagai fungsi kelembagaan merupakan sebuah hal yang mutlak diperlukan sebagai sarana untuk mengoptimalkan gerakan, membangun jaringan, dan memperluas ruang kontribusi keummatan.
5) FSLDK ISIP merupakan bagian integral dari dakwah, sehingga arah dan pola gerakannya haruslah sinergis dengan lembaga dakwah lainnya.
6) Optimalisasi peran dan fungsi FSLDK ISIP menuntut adanya soliditas struktur dan kesamaan arah gerak seluruh elemen pendukungnya.

Memperhatikan :
Hasil Pembahasan dan Kesepakatan Sidang SLDK FISIP Nasional 2007 di Universitas Negeri Yogyakarta.





Memutuskan :
Menetapkan :
Mendeklarasikan terbentuknya FSLDK ISIP.
Menunjuk UKMF JM AL ISHLAH FISE UNY sebagai Koordinator Nasional FSLDK ISIP Periode 2007-2009, beserta perangkatnya (BP KorNas, terlampir).
Menunjuk LDK FISIP UNMUL sebagai Tuan Rumah Musyawarah FSLDK ISIP Nasional Tahun 2009.

Surat keputusan bersama ini ditanda tangani oleh seluruh perwakilan peserta SLDK FISIP Nasional 2007, dan berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Yogyakarta, 09 Desember 2007
29 Dzulqo’dah 1428 H
Pukul : 13.50 WIB

Mengetahui,
Perwakilan

FSI FISIP UNAND








FSDI FIS UNP
BSO ICA FIS UNJ
DKM FISIP UNPAD
LKI FISIP UNS
FKMM FISIP UNDIP








UKMF
JM AL ISHLAH FISE UNY
JMF
UGM
SKIF
IBNU KHOLDUN UKI JAA
UMY
LSO
FSI AL FARUQ FISIP UMM
SIKLUS FISIP
UNEJ







SKI FISIP
UNAIR
LDK FISIP
UNMUL
MPM
ULUL ALBAAB FISIP UNHALU



GARIS GARIS BESAR HALUAN KERJA
FORUM SILATURAHIM LEMBAGA DAKWAH KAMPUS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
(FSLDKISIP)

BAB I
PENDAHULUANI
Pasal 1
Definisi Istilah
1) Lembaga Dakwah Kampus Ilmu Sosial dan Ilmu Politik adalah lembaga yang menaungi aktifitas dakwah islam secara Legal Formal Wajar di lingkup Fakultas berafiliasi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di perguruan tinggi
2) Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus Ilmu Sosial dan ilmu Politik (FSLDISIP) adalah wadah silaturahim dan koordinasi antar Lembaga Dakwah Kampus berafiliasin Ilmu Sosial dan Ilmu Politik se Indonesia
3) Koordinator Nasional (KorNas) adalah Lembaga Dakwah Kampus yang menjadi koordinator tertinggi dalam struktur FSLDKISIP yang dipilih dan ditetapkan dalam musyawarah FSLDKISIP Nasional untuk masa kerja tertentu
4) Badan Pekerja (BP) KorNas adalah Lembaga Dakwah Kampus yang ditunjuk oleh KorNas sebagai perpanjangan tangan KorNas untuk membawahi wilayah tertentu.
5) Koordinator Daerah (KorDa) adalah Lembaga Dakwah Kampus yang menjadi koordinator FSLDKISIP di daerah yang berada dalam wilayah kerja BP KorNas, dipilih dan ditetapkan dalam musyawarah FSLDKISIP Daerah untuk masa kerja tertentu.
6) Rekomendasi FSLDKISIP adalah hal-hal yang disepakati untuk dilaksanakan oleh Lembaga Dakwah Kampus yang tergabung dalam FSLDKS, dengan koordinasi sesuai struktur FSLDKS selama masa kerja tertentu.
7) Musyawarah FSLDKISIP Nasional adalah musyawarah yang diikuti oleh perwakilan Lembaga Dakwah Kampus Ilmu Sosial dan Ilmu Politik se-Indonesia untuk merumuskan rekomendasi FSLDKISIP, memilih KorNas baru dan Tuan Rumah musyawarah FSLDKISIP Nasional selanjutnya.
8) Musyawarah FSLDKISIP Daerah adalah musyawarah yang diikuti oleh perwakilan Lembaga Dakwah Kampus Ilmu Sosial dan Politik di wilayah KorDa untuk merumuskan rekomendasi FSLDKISIP Daerah, memilih KorDa dan tuan rumah musyawarah FSLDKISIP Daerah selanjutnya

Pasal 2
Latar Belakang
1) Lembaga Dakwah Kampus Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sebagai institusi dakwah kampus yang secara nyata mengatas namakan Islam sebagai landasan aktivitasnya dalam melakukan perubahan di masyarakat menuju masyarakat madani.
2) Tingkat pertumbuhan Lembaga Dakwah Kampus Ilmu Sosial dan Ilmu Politik mengalami kemajuan pesat, sehingga dibutuhkan pengelolaan, koordinasi, dan arahan yang jelas.
3) Dalam rangka optimalisasi peran LDK Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, diperlukan pengokohan dan kesatuan gerak bersama dengan membentuk FSLDKISIP sebagai forum silaturahim dan koordinasi yang berfungsi menjadikan LDK Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sebagai lembaga yang lebih strategis dalam mengusung ide perubahan di masyarakat.
4) Pengokohan eksistensi FSLDKISIP baik sebagai Forum Silaturahim dan Koordinasi maupun sebagai fungsi kelembagaan merupakan sebuah hal yang mutlak diperlukan sebagai sarana untuk mengoptimalkan gerakan, membangun jaringan, dan memperluas ruang kontribusi keummatan.
5) FSLDKISIP merupakan bagian integral dari dakwah, sehingga arah dan pola gerakannya haruslah sinergis dengan lembaga dakwah lainnya.
6) Optimalisasi peran dan fungsi FSLDKISIP menuntut adanya soliditas struktur dan kesamaan arah gerak seluruh elemen pendukungnya.

BAB II
LANDASAN
Pasal 3
Landasan Syar’i
1) Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu denga hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik (QS An Nahl:125)
2) “Allah akan meninggikan orang-orang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (Al-Mujadilah:11)
3) “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu’min itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang Ad-Diin” (At-Taubah:122)
4) “Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim” (H.R. Ibnu Majah)
5) “...Dan tolong-menolonglah dalam kebajikan dan taqwa ...” (QS Al Maaidah:2)
6) “...Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk; dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri (dihadapan penguasa)... “(Al Kahfi:13-14)
7) “Dan Kami hendak memberikan karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi, dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi), dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Fir’aun, Haman dan balatentaranya apa yang selalu mereka khawatirkan dari mereka itu” (QS Al Qashash:6)

BAB III
NAMA, MAKSUD & KEDUDUKAN
Pasal 4 : Nama
GBHK ini dinamakan “GARIS GARIS BESAR HALUAN KERJA FORUM SILATURAHIM LEMBAGA DAKWAH KAMPUS ILMU SOSIAL dan ilmu politik (FSLDKISIP) ”.

Pasal 5 : Maksud
GBHK ini dimaksudkan untuk:
(1) Menjadi GBHK aktivitas Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus ilmu Sosial ilmu politik.
(2) Memperkokoh eksistensi Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus ilmu Sosial dan ilmu politik sebagai forum silaturahim dan koordinasi lembaga dakwah kampus strategis dan memiliki kontribusi dalam proses perbaikan umat.

Pasal 6 : Kedudukan
(1) GBHK ini merupakan hasil pembahasan dan kesepakatan bersama pada FSLDKISIP di Universitas Negeri Yogyakarta,04 Desember 2007.
(2) GBHK ini merupakan kebijakan dan Petunjuk Pelaksanaan resmi KorNas dalam penyelenggaraan aktivitas Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
(3) GBHK ini mengikat dan berlaku untuk difahami dan dilaksanakan oleh seluruh LDK Ilmu Sosial dan Ilmu politik dengan elemen struktur KorNas yang terkait.

BAB IV
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 7
Maksud
GBHK ini untuk memperkokoh eksistensi, mengarahkan gerak dan optimalisasi peran dan fungsi serta kontribusi LDK Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dalam proses perbaikan masyarakat menuju Indonesia Madani.

Pasal 8
Tujuan
1) Mengokohkan eksistensi LDK Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Intra dan ekstra kampus sebagai lembaga mahasiswa yang bergerak dalam melakukan perbaikan dan perubahan masyarakat menuju Indonesia Madani.
2) Terbangunnya kesamaan arah gerak di kalangan Lembaga Dakwah Kampus Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
3) Terbangunnya koordinasi dan pembagian peran antara LDK Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan amal dakwah lainnya.
4) Meningkatkan kontribusi LDK Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dalam mengakselerasi proses kebangkitan ummat.
5) Menjadikan LDK Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sebagai pusat gerakan dakwah yang bisa membangkitkan kesadaran elemen masyarakat lain untuk sama-sama bergerak memperjuangkan Islam.

BAB V
PELAKSANAAN
Pasal 9
Struktur
Secara umum struktur FSLDKISIP terdiri atas :
1) Koordinator Nasional (KorNas)
a. Koordinator FSLDKISIP di tingkat nasional.
b. Memastikan implementasi GBHK FSLDKISIP di kelembagaan LDK Ilmu Sosial dan Ilmu Politik berjalan dengan baik secara nasional.
c. Memiliki struktur tim penyusun komposisi ditentukan kemudian sesuai dengan kebutuhan bersama.

2) Badan Pekerja KorNas (BP KorNas)
a. Perpanjangan tangan KorNas di wilayah – wilayah seluruh Indonesia
b. Memastikan setiap agenda dan arahan KorNas tersosialisasi dan terlaksana dengan baik di tingkat KorDa yang berada pada wilayah kerjanya
c. Penghubung antara KorNas dan KorDa
d. Meliputi 8 wilayah kerja, yaitu : Sumatera, Jabodetabek, Jawa Barat & Banten, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Kalimantan, Sulawesi & Indonesia Timur.

3) Koordinator Daerah (KorDa)
a. Koordinator FSLDKISIP di tingkat daerah yang berada dalam wilayah kerja BP KorNas
b. Pelaksana agenda – agenda FSLDKISIP di tingkat daerah
c. Memastikan setiap agenda dan arahan KorNas tersosialisasi dan terlaksana dengan baik di setiap LDK yang berada pada wilayah kerjanya

4) Lembaga Dakwah Kampus Sosial (LDKISIP)
Lembaga Dakwah Kampus Ilmu Sosal dan Ilmu Politik (LDKISIP) : bertindak sebagai subjek dan objek dalam penyelenggarakan agenda-agenda FSLDKISIP
5) Alur Komunikasi
KorNas __BP korNas __ KorDa
­
Pasal 10
Fungsi
1) Sarana perwujudan akselerasi dakwah Kampus Indonesia.
2) Sarana silaturahim, pembelajaran, dan berbagi pengalaman antar LDKISIP.
3) Wadah untuk mewujudkan peran aktif LDKISIP dalam menyikapi permasalahan keumatan.

Pasal 11
Bidang Garap FSLDKISIP
1) Akselerasi Lembaga Dakwah kampus
a) Melakukan pemetaan kuantitas dan kualitas LDKS baik lokal maupun nasional.
b) Mendorong terbentuknya LDKS di kampus-kampus yang belum memiliki LDK bekerja sama dengan struktur KorDa atau BP KorNas terkait.
c) Melakukan standarisasi dan up grading mengenai pengelolaan kelembagaan LDKS berdasarkan prinsip-prinsip Islam dan manajemen organisasi modern dan disesuaikan dengan kompetensi keilmuan Sosial.
d) Memastikan tentang penyelenggaraan dakwah melalui media.
e) Institusi Kemasyarakatan berjalannya proses kaderisasi dan regenerasi kelembagaan untuk menjaga kesinambungan agenda dakwah.
2) Media Islam
a) Mendorong terbentuknya media Islam di tingkat kampus, lokal, dan nasional.
b) Membentuk tim khusus yang melaksanakan aktivitas pencerdasan dan perbaikan umat melalui media.
c) Membangun relasi dengan media massa umum dan memanfaatkanya sebagai salah satu sarana penyebaran fikroh Islam.
3) Melakukan persiapan dan pelatihan
a) Memupuk paradigma bahwa institusi kemasyarakatan adalah aset umat yang bisa menambah kekuatan dakwah dalam melakukan perbaikan umat.
b) Memupuk paradigma bahwa institusi kemasyarakatan adalah salah satu potensi dakwah paska kampus yang harus dikondisikan dengan nilai-nilai Islam baik dalam keorganisasian maupun program kerja.
c) Membangun, merencanakan, mengarahkan, dan mengoptimalkan kerjasama dengan institusi kemasyarakatan dalam aktivitas dakwah.
d) Membangun dialog dan ajakan untuk bekerjasama dalam menyelesaikan masalah umat.
e) Institusi kemasyarakatan yang dimaksud diantaranya:
1. Institusi Keislaman : MUI, Ormas Islam, ICMI, Pesantren, dll
2. Organisasi Kemahasiswaan dan Kepemudaan
3. Organisasi Profesional
4) Pilar – pilar menuju Indonesia Madani
a) Melakukan kampanye penerapan ekonomi syariah.
b) Melakukan kajian hukum Islam dan kampanye PERDA SYARIAT.
c) Pelurusan sejarah kontribusi umat Islam dalam negara Indonesia dan kebangkitan nasional.
d) Mendorong berkembangnya aspek penerapan muamalah syar`iyyah lainnya dalam kehidupan masyarakat.
5) Kemuslimahan
6) Isu Keummatan Nasional dan Internasional

Pasal 12
Jaringan
1). Jaringan
A. Internal
Jaringan yang terbentuk di antara LDK – LDK yang tergabung dalam FSLDKS.
B. Eksternal
Jaringan LDKS dengan elemen /institusi kemasyarakatan, ormas, LSM, dan tokoh masyarakat, dan elemen lain.

2.). Dukungan dan Perluasan Jaringan
A. Adanya koordinasi dan komunikasi antar jaringan internal FSLDKS (KorNas , BP KorNas, KorDa, LDK) dalam melaksanakan arahan kerja dakwah LDKS.
B. Adanya dukungan dan kerjasama dengan elemen lain dalam rangka merealisasikan kerja – kerja dakwah LDKS.
C. Menjaga hubungan baik dengan seluruh civitas akademika di kampus sehingga mendapatkan dukungan dalam melakukan semua aktivitas.
D. Memperluas dan Mengoptimalkan jaringan untuk memperbesar peluang dan kesempatan gerak dakwah LDKS.

BAB VI
MEKANISME KERJA DAN EVALUASI
Pasal 13
Mekanisme Kerja
1) KorNas melakukan sosialisasi dan supervisi GBHK FSLDKISIP kepada struktur BP KorNas sampai KorDa.
2) Elemen FSLDKISIP sesuai dengan wilayah kerjanya melakukan fungsi-fungsi sebagai berikut:
a. Merumuskan strategi dan langkah-langkah operasional bagi konsolidasi, dan implementasi kerja dakwah FSLDKISIP di wilayahnya.
b. Menjamin terlaksananya kerja dakwah LDKISIP sesuai arahan GBHK FSLDKISIP.
c. Memberikan masukan tentang GBHK FSLDKISIP kepada elemen struktur terkait dalam proses perumusan arahan.
d. Mengkomunikasikan arahan dan perkembangan dakwah LDKISIP secara regular kepada elemen struktur FSLDKISIP.
e. Menyusun anggaran dan melakukan upaya pencarian dana.
f. Melakukan pemetaan dan evaluasi dakwah LDKISIP secara rutin dan berkesinambungan.

Pasal 14
EVALUASI
1) Evaluasi dilakukan mulai dari tingkat KorDa, BP KorNas sampai KorNas.
2) Hasil evaluasi dilaporkan secara rutin dan berkala kepada struktur FSLDKISIP diatasnya untuk menata da’wah FSLDKISIP ke depan.

BAB VII
PENUTUP
Pasal 15
Penyempurnaan dan Revisi GBHK
1) Apabila ada persoalan mendesak yang belum terjangkau oleh GBHK ini, maka akan ada arahan langsung KorNas.
2) Apabila GBHK ini tidak lagi sesuai dengan kebutuhan kerja, maka akan dilakukan perubahan-perubahan sesuai dengan kebutuhan.

Pasal 16
Masa Berlaku Petunjuk Pelaksanaan
GBHK FSLDKS berlaku sejak tanggal ditetapkannya sampai dibuatnya arahan baru.

Petunjuk Pelaksanaan ini terdiri dari 7 bab dan 16 pasal.
Telah disetujui dan disahkan oleh
Pimpinan Sidang Komisi A FSLDISIP 2007
Pada :
Hari :Ahad \ Minggu
Tanggal :09-Desember-2007
No Keputusan :


Pimpinan Sidang Komisi A




( ..Anatoly...)
Sekretaris Sidang Komisi A




( ...Ali Azham Burhani.....)



PROGRAM KERJA
TIM FSLDK ISIP BP KORNAS 1
FORUM STUDI ISLAM FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ANDALAS
2009-2010


Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu denga hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik”
(QS An Nahl:125)
“Allah akan meninggikan orang-orang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”
(Al-Mujadilah:11)
“Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu’min itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang Ad-Diin”
(At-Taubah:122)
“...Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk; dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri (dihadapan penguasa)... “
(Al Kahfi:13-14)
Tumbuhnya ”harga diri” suatu bangsa berkaitan erat dengan munculnya sekelompok kaum terdidik yang memperoleh peran tertentu karena kesadaran intelektualnya, bukan karena fasilitas dan kemudahan. Tetapi harga diri tidak akan berarti bila kesadaran intelektual itu dipengaruhi oleh faktor yang semata-mata bersifat duniawi. Faktor agama mutlak di perlakukan dalam rangka pemantapan serta peningkatan harga diri untuk tujuan yang mulia.
( H. Agus Salim ).

Berpijak dari hal tersebut, TIM FSLDK ISIP BP KORNAS 1 akan berusaha memaksimalkan peran dan tanggung jawab yang di amanahkan sehingga pada akhirnya Tim ini dapat memberikan sumbangsih yang berarti dalam perjalanan dakwah kampus kedepan.
Profil singkat TIM FSLDK ISIP UNAND
Latar Belakang
Dalam rangka optimalisasi peran LDK Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, diperlukan pengokohan dan kesatuan gerak bersama dengan membentuk FSLDK ISIP sebagai forum silaturahim dan koordinasi yang berfungsi menjadikan LDK Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sebagai lembaga yang lebih strategis dalam mengusung ide perubahan di masyarakat.

Deskripsi Umum

Sebagai perpanjangan tangan KorNas di wilayah Sumetera untuk memastikan setiap agenda dan arahan KorNas tersosialisasi dan terlaksana dengan baik di tingkat KorDa dan LDF ISIP
Analisis Strategis
Optimalisasi peran FSLDK ISIP selaku BP KORNAS dalam kelembagaan dakwah kampus se Sumatera khususnya dan nasional pada umumnya.
Analisis Internal

Melakukan pendataan terhadap seluruh LDF ISIP se Sumatera
Visi & Misi

VISI : Terciptanya keselarasan arah gerak LDF ISIP se Sumatera
MISI :
Membangun jaringan dengan elemen mahasiswa dan LDF ISIP di luar UNAND baik di tingkat Sumatera maupun tingkat Nasional
Optimalisasi peran TIM FSLDK ISIP UNAND baik ditingkat Sumatera maupun tingkat Nasional.
Motto
Kebersamaan dan Totalitas dalam perbaikan
Susunan Pengurus
Ketua : Supriyadi
Sekretaris : Dina Apriliana
Anggota : M.Syukur
Rahmat
Yety Oktayanti
Rahma Dien
Gambaran kerja
Membuat sistem jaringan dengan pihak luar
Mengkoordinir perjalanan LDF ISIP se Sumatera
Mewakili FSI FFISIP UNAND dalam acara-acara kelembagaan



Program kerja Depertemen TIM FSLDK ISIP UNAND
No
Nama Kegiatan
Waktu pelaksanaan
Anggaran dana
Penanggung jawab
tujuan
1
Kunjungan Dakwah
Minggu ke 4 Mei 2009
Rp. 10.000.000
Hanafi / Supriyadi
Sarana pembelajaran serta Menjaga dan membina hubungan dengan pihak lain.

2
Simposium LDF ISIP seSumatera
Minggu ke 3 Oktober 2009
Rp. 15.000.000
Supriyadi / Rahma Dien
Membangun sarana komunikasi dengan seluruh LDF seSumatera
3
Pembuatan jaket & ID card FSLDK ISIP
Minggu ke 1 November 2009
Rp. 1.000.000
Dina / yeti
Menumbuhkan semangat kebersamaan baik ADK maupun LDK
4
Pembuatan buku panduan keputrian
Minggu ke 3 mei 2009
Rp. 500.000
Rahma Dien /Mitia
Pengelolaan kemuslimahan yang terstruktur
5
Pengelolaan Website
1x2 minggu
Rp. 500.000/tahun
Syukur / Rahmat
Update informasi seputar FSLDK ISIP.

Demikianlah program kerja TIM FSLDK ISIP dibuat. Partisipasi dan dukungan dari semua pihak sangat kami butuhkan demi kelancaran dan kesuksesan Program ini. Akhirnya kita menyerahkan diri kepada Allah SWT semoga Allah senantiasa memberikan taufiq dan hidayah serta kekuatan kepada kita dalam mengemban amanah ini demi merealisasikan rencana ini dan semoga kegiatan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dakwah kampus kedepannya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Padang, Mei 2009
TIM FSLDK ISIP UNAND



Supriyadi Dina Apriliana
Ketua Sekretaris

Pilpres 2009

Kalau Pilpres 2004 dianggap monumental karena merupakan kali pertamanya Presiden dan Wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat, maka Pilpres 2009 juga tidak kalah serunya. Begitu banyak intrik, saling sindir, bahkan'saling ancam', termasuk diantara sesama peserta koalisi. Sejak Partai Demokrat (PD) kelihatan di atas angin, secara alamiah bibit-bibit koalisi pun terbentuk. Yang tidak mungkin berkoalisi dengan PD adalah PDIP, yang sejak awal sudah punya harga mati : Megawati for President!Pada awalnya Golkar masih berusaha meneruskan koalisi dengan PD,namun menemukan dua ganjalan besar. Pertama, penolakan dari partner utama PD lainnya, yaitu PKS. Kedua, antara SBY dan Jusuf Kalla sendiri memang sudah ada kerikil-kerikil tajam, sisa-sisa 'pertempuran' di Pileg yang barusaja berlalu. Pada akhirnya, Golkar - yang tak pernah terbiasa jad i'pengikut' - memilih hengkang dari koalisi dan membentuk koalisinya sendiri,berpartner dengan Hanura. Dengan memasangkan Jusuf Kalla dengan Wiranto,sebenarnya sudah cukup banyak ego yang ditekan. Sebab, dulu Jusuf Kalla 'membangkang' dari ketentuan resmi Golkar yang mencalonkan Wiranto sebagai Presiden, sedangkan Wiranto sendiri adalah kader Golkar yang hengkang dari kepemimpinan Jusuf Kalla dan membentuk partainya sendiri. Wiranto pun harus rela menjadi Cawapres setelah lima tahun yang lalu sempat mencalonkan diri untuk menjadi Presiden.Di kedua kubu lainnya pun terjadi tarik-ulur yang memaksa banyak pihak untuk mengalah, kecuali bagi PD dan PDIP. SBY dan Megawati tetap jadi Capres, sedangkan rekan-rekan koalisi PD harus terkaget-kaget menerima Boediono sebagai Cawapres pilihan SBY, dan Prabowo harus melupakan kampanyenya sebagai calon Presiden yang sudah digelar sejak jauh-jauh hari. Akhirnya terwujudlah tiga pasang peserta Pilpres : SBY-Boediono, JK-Wiranto, danMega-Prabowo. Macan dan Godzilla Sejak bertahun-tahun yang lalu, kalau bicara soal idealisme, maka Presiden pilihan saya adalah ust. Hidayat Nur Wahid. Sampai detik ini, pendapat itu belum berubah. Tapi bukan kader dakwah namanya kalau hanya bisa bicara soal idealisme, tanpa memperhatikan realita. Kenyataannya, kalau ingin memenangkan beliau sebagai Presiden, masih membentang pekerjaan rumah yang harus kita kerjakan bersama-sama.Sekian banyak tawaran di Facebook untuk mengikuti group mendukung SBY-HNW sebagai pasangan unggulan di Pilpres 2009. Saya mengerti betul keinginandan niat baik mereka. Tidak dapat RI-1, RI-2 pun jadilah! Toh, dengan hengkangnya Golkar dari koalisi, maka PKS sudah resmi menjadi partner utama PD. Apa salahnya mengusung kader terbaik untuk menjadi Cawapres? Ya memang, ini sudah lebih realistis daripada memaksakan mengusung HNW ke kursi Presiden, tapi mungkin masih kurang juga. Masih bisa lebih realistis lagi.Sejak awal saya sudah tidak yakin SBY akan mau bersanding dengan ust.Hidayat. Belakangan, kecurigaan saya terbukti juga, ketika SBY menolak Hatta Radjasa. Beberapa pengamat menilai bahwa SBY tidak mau menjadikan Hatta sebagai wakilnya karena takut 'memelihara anak macan'. Nah, kalau Hatta Radjasa pun sudah dianggap 'macan', maka ust. Hidayat barangkali bisa disebut 'Godzilla', dan sudah jelas tidak akan diterima oleh SBY / PD sebagai Cawapres. Politik memang tidak selalu bicara tentang kompetensi. Selama 5 tahun, SBY nampaknya sudah cukup disusahkan oleh Jusuf Kalla, yang meskipun kurang populer di mata masyarakat, namun membawa massa Golkar yangsangat besar di belakangnya. Kini, nampaknya SBY tidak ingin mengulang pengalaman semacam itu lagi. Dengan gaya politiknya yang selalu 'jaga imej' itu, SBY tidak akan ambil resiko dengan menjadikan orang yang imej-nya lebih santun, bersih dan ramah daripada dirinya sebagai Wakil Presiden.Boediono dan Ekonomi KapitalisDalam hitungan hari setelah nama Boediono muncul ke bursa Cawapres,bertebaranlah e-mail yang mengulas tentang pribadinya, terutama seputar'madzhab ekonomi'-nya. Kata orang, ia adalah ekonom kapitalis-liberalis sejati yang hanya akan mempersulit kehidupan orang miskin di tanah air. Dana bantuan akan mengucur, tapi bukan pada rakyat kecil, melainkan pada para pengusaha-pengusaha besar yang punya banyak utang. Begitulah kata orang.Tapi tidak sedikit juga yang bicara sebaliknya. Tidak lama setelah artikel-artikel bernada miring itu dirilis, muncul pula artikel-artikel lain. Konon, perbankan syariah juga mulus jalannya berkat Boediono. Jadi,yang punya idealisme menghidupkan ekonomi syariah pun tidak perlu khawatir.Begitulah kata orang.Ketimbang menilai kasus ini berdasarkan artikel-artikel itu, saya lebih suka dengan berita yang bisa kita 'pegang'. Ust. Tifatul, dalam hal ini, sudah menjelaskan bahwa SBY telah menandatangani kontrak politik yang mencakup beberapa item utama, antara lain soal ekonomi negara yang tidak boleh disetir oleh kekuatan asing. Dengan demikian, tidak soal madzhab ekonomi Boediono seperti apa, toh sudah ada kesepakatan. Lagipula, mau bicara apapun, SBY tetap akan maju bersama Boediono. Mengikat dengan kontrak politik adalah alternatif terbaik, kecuali jika kita mempertimbangkan untuk berkoalisi dengan JK-Wiranto atau SBY-Prabowo.Ingat Trauma Persepsi Ingat kontrak politik SBY, ingat ust. Hilmi Aminuddin. Ingat ust. Hilmi,ingat trauma persepsi. Ya, drama kontrak politik ini memang mengingatkansaya pada poin-poin penting dalam buku Menghilangkan Trauma Persepsi karya beliau (saya merekomendasikan buku ini kepada semua kader dakwah). Para qiyadah PKS yang masih muda-muda nampaknya masih terlalu reaktif dalam menanggapi pencalonan Boediono, sebagaimana kritik Sapto Waluyo beberapa waktu yang lalu. Tapi cara ust. Hilmi menangani masalah ini, betapa pun nampak sederhana, seolah ingin memperlihatkan sisi teknis dari hal-hal yang dibahas dalam bukunya. Trauma persepsi inilah yang dengan sangat terpaksa akan saya bahas agak panjang lebar.Menurut beliau, kader dakwah harus membersihkan (tathahhur) dirinya sendiri dari tujuh macam trauma persepsi. Pertama, al-'uqdah al-inhizamiyyah, atau trauma persepsi merasa selalu kalah kalau bertarung. Munculnya nama Boediono (dan tidak munculnya nama ust. Hidayat, misalnya) sama sekali bukan berarti PKS sudah kalah. Menang-kalahnya dakwah tidak ditentukan dari satu-dua nama atau satu-dua kursi saja. Masih banyak pertempuran yang harus dilalui sebelum memenangkan sebuah perang. Kenyataannya, PKS masih memiliki posisi tawar yang tinggi di hadapan PD. Itu dibuktikan dengan kontrak politik yang akhirnya ditandatangani SBY, yang sebelumnya kontrak tersebu tenggan ditandatanganinya. Seperti Pilkada DKI Jakarta yang lalu, media menulis : Foke unggul, PKS menang. Kita pun kini bisa membangun visi :Boediono terpilih, tapi PKS masih jauh dari kalah.Kedua, al-'uqdah al-istihdaafiyyah, atau trauma persepsi yang membuat kita merasa selalu menjadi objek. Ust. Hilmi berpesan agar kita memahami bahwa jaman sudah berubah. Jangan terus merasa dikepung. Dakwah sudah besar,tidak dihimpit seperti di jaman Orde Lama dan Orde Baru. Tidak perlu merinding kalau ketemu Hansip, melewati kantor Koramil, atau ketemu Pangdam sekalipun. Ust. Hilmi pun menunjukkan bahwa PKS yang hanya 8% pun tak perlu takut memaksa SBY yang partainya dapat 20% untuk menandatangani kontrak politik. Presiden PKS tidak menggigil kalau bernegosiasi dengan Presiden RI. Dan memang tidak perlu. Beginilah pesan ust. Hilmi dalam bukunya :"Kepada ketua-ketua DPD saya katakan, antum ini sejajar dengan Bupati,Kapolres, Walikota, Dandim, Ketua Kejaksaan Negeri, Ketua Pengadilan Negeri,bahkan insya Allah lebih, bitaqwakum. Begitu juga kepada ketua DPC, DPRa."Ketiga, al-'uqdah al-muamaraatiyyah, atau selalu merasa orang-orang sedang bersekongkol melawan kita. Kader dakwah harus berani menghadapi tantangan.Konspirasi memang ada, namun perasaan dikepung kalau sudah menjadi 'uqdah akan membuat kita tidak mampu menghadapinya. Akhirnya konspirasi menjadi besar karena persepsi kita sendiri. Ada yang bilang, PKS dijebak. Boediono diangkat, take it or leave it. Tapi menurut saya, itu tergantung persepsi masing-masing. Kontrak politik sudah ditandatangani. Bisa saja melanggar perjanjian hitam di atas putih, tapi yang demikian tak akan selamat dari penghakiman masyarakat dan media. Dijebak atau tidak, pada akhirnya kelihaian kita juga yang menentukan.Keempat, al-'uqdah ar-raj'iyyah, yaitu merasa bahwa kita ini terbelakang.Sumbernya adalah perasaan rendah diri, seolah-olah para penjajah belum angkat kaki dari negeri ini. Padahal di daerah-daerah sudah terbukti bahwa kader dakwah telah diakui oleh masyarakat secara luas.Kelima, al-'uqdah salbiyyah, yaitu trauma yang menyebabkan kita selalu berpikiran negatif. Melihat orang lain belum apa-apa sudah curiga. Melihat saudara sendiri dengan sejuta kecurigaan. Ada ikhwan atau akhwat salah sedikit langsung berkata, "Wah, jamaah dakwah ini hancur, sekarat, mauambruk!" Padahal ini adalah jamaah manusia, bukan malaikat. Allahmencintai orang-orang yang membersihkan diri, bukan yang bersih, sebab tak ada yang terus-menerus bersih. Ada saja kekurangan dalam diri kita; akan ada saja masalah dalam dakwah. Jangan berharap bertemu jalan tol yang lowong dan tanpa saingan. Itu mimpi. Kalau ada masalah, harus segera cari solusinya, bukan bermelankoli ria. Kalau yang jadi cawapres madzhab ekonominya kapitalis, ikat tangannya dengan kontrak politik!Keenam, al-'uqdah al-kamaaliyyah, yaitu sikap yang cenderung perfeksionis.Tidak ada untungnya bersikap perfeksionis. Hope for the best, plan for the worst! Pintu satu ditutup, pintu lain harus dicari. Kalau perlu tembok boleh dijebol, bikin pintu yang baru. Jangan mau didesak terus. Jangan mati langkah. Kiamat tidak terjadi sebelum benar-benar terjadi. Kata Rasulullah saw., kalau sudah tahu besok akan kiamat pun, kebajikan menanam sebutir biji pun masih tetap layak untuk dilakukan.Ketujuh, al-'uqdah at-tabaa'iyyah, yaitu traumanya orang-orang yang tidak kreatif, maunya mengikuti. Orang yang begini gemarnya berkalau-kalau.Kalau saja kayak jamaah itu, kalau saja kita bisa kayak begini dan begitu,kalau saja kita seperti mereka, dan seterusnya. Dakwah akan mandul kalau kader-kader dakwah akalnya sudah mandul. Masak mencalonkan ust. Hidayat,lalu tak punya backup plan? Ilusi Kepemimpinan Rasulullah saw. mengatakan, kita semua adalah pemimpin. Pernyataan ini secara efektif telah membersihkan konsep kepemimpinan Islam dari ilusi-ilusi di sekitarnya. Kepemimpinan bukan soal jabatan, tapi tanggung jawab. Bukan tergantung siapa yang membuat surat perintah, tapi tergantung pada mereka yang menyukseskan kerja tim.Hemat saya, kita tidak perlu terjebak dalam ilusi kepemimpinan. Kita harus bisa memandang masalah dari banyak sisi dan menjaga diri dari sikap ekstrem. Kita berpolitik agar kursi-kursi strategis tidak dipegang oleh orang-orang yang salah. Tapi yang mengendalikan negara ini bukan hanya yang duduk dikursi. Suksesnya dakwah tidak selalu diukur dari keberhasilan kita menduduki posisi-posisi tertentu. Kita tidak mesti selalu di depan; tidak harus ditunjuk jadi ketua. Kalau selalu ingin jadi yang di depan, itu sudah egoisme yang bicara, tidak ada lagi visi dakwahnya.Masih dari buku Menghilangkan Trauma Persepsi :"Saat ini level pergaulan kita sudah level tanah air, level kebangsaan secara institusional. Kita dituntut untuk lebih mampu bergaul dengan aneka golongan, aneka partai, aneka jamaah, aneka kelompok. Harus mampu bekerjasama dengan seluruh komponen bangsa. Yang penting dalam bekerja sama itu ada titik temu. Kalau titik temu aqidah, fikroh dan manhaj ya adanya didalam jamaah. Kalau di luar jamaah biasanya titik temunya adalah aktifitas.Sepakat melakukan aktifitas kerja. Bisa jadi ada unsur kepentingan dalam kerja. Tidak apa-apa, yang penting kerja. Yang repot itu, kepentingan ingin terpenuhi tapi tidak mau kerja. Yang penting itu kerja. Makanya kita mengembangkan koalisi dengan multi partai di seluruh Indonesia, komitmennya adalah kerja. Kerja membangun daerah, mensejahterakan daerah, memberantas KKN. Kerja-kerja itu yang jadi komitmen dan jadi titik temu. Atau dalam kata lainnya 'kalimatun sawaa' bainanaa wa bainakum'."Yang penting dakwah menang. Kita hanya prajurit. Jangan seperti Naga Bonar; mau perang harus dirancang-rancang dulu pangkatnya. Langsung ambil senjata, lalu ambil tanggung jawab. Itu baru prajurit bermental pemimpin.The Worst ?Tadi sudah disebutkan, plan for the worst. Sekarang bagaimana? Ya tinggal diprediksi skenario terburuknya. Kontrak politik dilanggar, PKS dicampakkan dari koalisi. Apa yang harus dilakukan? Sejak dahulu kala, yang namanya perjanjian memang terbuka kemungkinan untuk dilanggar. Tidak bermoral memang, but it can be done, dan hal ini tidak jarang terjadinya. Islam memuji mereka yang menepati perjanjian, dan merendahkan mereka yang melanggarnya. Ini sudah sesuai dengan fitrah manusia. Berapa banyak pahlawan bangsa yang dijebak oleh para penjajah,bahkan ditawan sampai mati. Tapi siapa yang namanya abadi? Sang pahlawan,atau sang penipu? Tapi tentu saja kita tidak boleh berdiam diri kalau ditikam dari belakang. Lagipula, SBY dan PD pasti paham bahwa PKS sudah menjaga jarak karena komunikasi politik di masa-masa awal koalisi sudah tercederai.Yang jelas, sejak awal saya ingin meluruskan satu hal : Saya mendukung PKS! SBY-Boediono adalah pilihan yang jauh dari ideal. Namun sebagaimana PKS mendukung SBY-Boediono dengan segepok catatan, maka saya pun bisa menerima,tentunya dengan berbekal catatan pula. Partai dakwah tidak mungkin jadi bulan-bulanan terus.
dari seorang sahabat.

Kamis, 25 Juni 2009

aku ingin berjuang

Seorang pemuda belia dari kabilah Aslam sedang termenung sendirian agaknya dia sedang sibuk memikirkan sesuatu yang membebani hatinya. Pemuda itu bertubuh kuat, gagah, penuh gairah untuk menghadapi masa depan yang penuh berbagai tantangan. Badanya tegap dan kuat, sanggup untuk dihadapkan pada perjuangan seperti yang sedang dilakukan oleh yang lain, jihad fisabilillah
Adakah jalan yang lebih afdol dan lebih mulia dari jihad fisabilillah..? Rasa-rasanya tak ada. Sebab itulah satu-satunya jalan jika memang benar-benar telah menjadi tujuan dan niat suci untuk mencari restu dn ridho Allah SWT. "Demi Allah, inilah satu kesempatan yang sangat baik", kata hati pemuda itu. Yah,.....sebab disana, serombongan kaum muslimin sedang bersiap menuju juang jihad fisabilillah. Sebagian sudah berangkat, sebagian lagi baru datang, dan akan segera berangkat. Semuanya menampakan wajah yang senang, pasrah, dan tenang dengan satu iman yang mendalam. Wajah-wajah mereka membayangkan suatu keyakinan penuh, bahwa sebelum ajal berpantang mati. Maut akan menimpa diman pun kita berada. yakin bahwa umur itu satu. Kapan kan sampai batasnya, hanya Allah yang maha tahu. Bagaimana sebab dan kejadianya, takdir Allah lah yang menentukan.
Maut, adalah sesuatu yang tak dapat dihindari manusia. Dia pasti datang menjemput manusia. Entah disaat manusia sedang duduk, diam di rumah, atau mungkin berada dalam perlindungan benteng yang kokoh, mungkin pula sedang bersembunyi ditempat persembunyiannya, di gua yang gelap, di jalan raya yang ramai, ataukah di medan peperangan. Bahkan bukan mustahil maut akan menjemput kala manusia sedang tidur, di atas temapt tidurnya. Semua itu hanya Allah lah yang berkuasa, dan berkehendak atasnya.
Menunggu kedatangan maut memang masa-masa yang paling mendebarkan jiwa. Betapa tidak? Hanya sendirilah yang dapat dibawa menghadap penguasa yang Esa kelak. Medan juang fisabillah tersedia bagi mereka yang kuat. Penuh keberanian dan keikhlasan mencari ridho Allah semata. Mereka yang berjiwa suci ditengah-tengah tubuh yang perkasa. Angan-angan ikhlas yang disertai hati yang bersih. Memang, saat itu keberanian telah menjiwai setiap kalbu kaum muslimin. Panggilan dan dengungan untuk jihad fisabilillah merupakan angan-angan dan tujuan harapan mereka. Mereka yakin, dibalik hiruk-pikuknya peperangan Allah telah menjanjikan imbalan yang setimpal baginya. Selain dengan itu dia dapat membersihkan jiwanya dari berbagi noda. Baik itu berupa noda-noda aqidah, niat-niat jahat, berbagi dosa perbuatan ataupun kekotoran muamalah yang lain. Pengorbanan mereka yang mulia itu menunjukan kepribadian yang baik dan luhur. Semua sesuai dengan ajaran agama yang murni. Pantas menjadi contoh dan teladan, bahkan sebagai mercu suar yang menerangi dunia dan isi alam semesta.
Itulah renungan hati pemuda Aslam yang gagah itu. Sepenuh hati dia berkata seolah kepada diri sendiri. "Harus ! harus dan mesti aku berbut sesuatu. Jangan kemiskinan dan kefakiran ini menjadi hamabtan dan penghalang mencapai tujuanku."
Mantap, penuh keyakinan dan semangat yang tinggi pemuda tersebut ini menggabungkan diri dengan pasukan kaum muslimin. Usia pemuda itu memang masih belia, namun cara berfikir dan jiwanya cukup matang, kemauanya keras, ketangksan dan kelincahan menjadi jaminan kegesitanya di medan juang. Namun mengapa pemuda yang begitu bersemangat itu tak dapat ikut serta dalam barisan pejuan? Seababnya hanya satu. Dia tidak mempunyai bekal dan senjata apa-apa yang dapat dipakainya untuk berperang karena kemiskinan dan kefakiranya. Sebab pikirnya, tidak mungkin untuk terjuan ke medan perjuangan tanpa senjata apapun. Tanpa senjata dia tidak mampu melakukan apapun. Bahkan dia tidak akan berfungsi apa-apa. Mungkin untuk menyelamatkan diri saja, dia tidak mampu. Inilah yang menjadikan pemuda itu berfikir panjang lebar. Otaknya bekerja keras agar hasratnya yang besar berjuang dapat tercapai.
Setelah tidak juga dicapainya pemecahan, dia pergi menghadap Rasulullah SAW. Diceritakan semua keadaan dan penderitaan serta keinginannya yang besar. Dia memang miskin, fakir dan menderita, namun dia tidk mengharapkan apa-apa dari keikutsertaanya berjaung. Dikatakanya kepada Rasulullah SAW, bahwa dia tidak meminta berbagai pendekatan duniawi kepada Rasulullah; Dia hanya menginginkan bagaimana caranya agar dia dapat masuk barisan pejuang fisabilillah. Mendengar hal demikian, Rasulullah bertanya, setelah dengan cermat meneliti dan memandang pemuda tersebut: "Hai pemuda, sebenarnya apa yang engkau katakan itu dan apa pula yang engkau harapkan?".
"Saya ingin berjuang, ya Rasulullah!" jawab pemuda itu. "Lalu apa yang menghalangimu untuk melakukan itu", tanya Rasulullah SAW kemudian. "Saya tidk mempunyai perbekalan apa-apa untuk persiapan perjaungan itu ya Rasulullah", jawab pemuda tersebut terus terang. Alangkah tercengangnya Rasulullah mendengar jawaban itu. Cermat diawasinya wajah pemuda tersebut. Wajah yang berseri-seri, tanpa ragu dan penuh keberanian menghadap maut, sementara disana banyak kaum munafikin yang hatinya takut dan gentar apabila terdengar panggilan seruan untuk berjaung jihad fisabilillah.
Demi Allah! jauh benar perbedaan pemuda itu dengan para munafiqin di sana. Kaum munafiqin yang dihinggapi rasa rendah diri, selalu mementingkan diri-sendiri. Mereka tidak suka dan tidak mau memikul beban dan tanggung jawab demi kebenaran yang hakiki. Kaum yang tidak senang hidup dalam alam kedamaian dan ketentraman dlam ajaran agama yang benar. Mereka lebih suka berada dalam hidup dan suasana kegelapan dan kekalutan. Ibarat kuman-kuman kotor, yang hidupnya hanya untuk mengacau dan menghancurkan apa saja. Celakalah mereka yang besar dan tegap badan serta tubuhnya namun licik dan kerdil pikiran serta hatinya.
Kebanggaanlah bagimu yang tepat hai pemuda! semogalah Allah banyak menciptakan manusia-manusia sepertimu. Yang dapat menjadi generasi penerusmu. Yang akan menjunjung tinggi kemulyaan Islam, budi pekerti yang mulia menuju alam yang bahagia sejahtera lahir batin.
Benar, kaum muslimin sangat memrlukan jiwa yang demikian. Jiwa yang besar penuh keyakinan, dan juga keberanian yang mantap. Sepantasnya pemuda seperti dari kabilah Aslam itu mendapat segala keperluan serta keinginanya untuk melaksanakan hasrat cita-cita keinginan itu. Rasulullah SAW akhirnya berkata kepada pemuda Aslam tersebut: "Pergilah engkau kepada si Fulan! Dia yang sebenarnya sudah siap lengkap dengan perlatan berperang tapi tidak jadi berangkat karena sakit. Nah pergilah kepadanya dan mintalah perlengkapan yang ada padanya."
Pemuda itu pun bergegas menemui orang yang ditunjukan Rasulullah SAW tadi. Katanya kepada si Fulan: "Rasulullah SAW menyampaikan salam padamu juga pesan. Beliau berpesan agar perlengkapan perang yang engkau miliki yang tidak jadi engkau pakai pergi berperang agar diserahkan kepadaku." Orang yang tidak jadi berperang itu penuh hormat menjalankan perintah Rasulullah SAW sambil mengucapkan: "Selamat datang wahai utusan Rasulullah! Saya hormati dan taati segala perintah Rasulullah SAW."
Segera dia menyuruh istrinya untuk mengambil pakaian dan peralatan perang yang tidak jadi dipakainya. Diserahkan semua itu pada pemuda kabilah Aslam. Sambil mengucapkan terima kasih pemuda tersebut menerima perlengkapan itu. Sebelum dia berangkat dan meninggalkan rumah itu, pemuda tersebut sempat berucap: "Terima kasih sebesar-besarnya. Anda telah menghilangkan seluruh duka dan keputusasaanku. Bagimu pahala Allah yang besar tiada taranya. Terima kasih.........Terima kasih."
Pemuda suku Aslam itu kemudian keluar dengan riang. Wajahnya bersinar gembira. Dengan berlari-lari dia meningalkan rumah orang yang tidak jadi berperang itu. Di tengah jalan pemuda tersebut bertemu dengan salah satu temanya yang keheranan dan bengong. Tanyanya: "Hai, hendak kemana engkau?", "Aku akan menuju janntul firdaus yang selebar langit dan bumi", jawab pemuda itu dengan singkat dan tepat.